Dear Allah lovers,
Kemarin ada diskusi yang panjang di grup masak, tentang bagaimana menyikapi orang-orang yang menanyakan resep dagangan. Jawaban terbagi menjadi 4 kelompok :
- kelompok pertama yang ikhlas memberi resep karena yakin bahwa rejeki tidak akan tertukar, dan percaya bahwa ikhlas berbagi akan memberi berkah dalam rejeki.
- kelompok kedua, tidak mau memberi dengan alasan resep dagangan sudah melalui try and error berkali-kali hingga ketemu resep yang pas, keenakan orang lain tinggal menerima hasil jadinya saja. Memberi resep juga tidak mendidik orang kreatif , biar mereka punya inisiatif googling sendiri
- kelompok ketiga yang mau memberi resep tapi dikasih resep yang lain, yang bukan dagangannya.
- kelompok keempat yang mau memberi resep tapi selektif, hanya orang -orang tertentu, tidak semua orang dia kasih resep dagangannya.
Sebenarnya aku bukan termasuk orang yang pelit resep, tapi kalau penanyanya njengkelin, aku bilang googling saja .... hahaha ... Ada juga orang yang sudah aku kasih resep sedetail mungkin , termasuk tips dan triknya , tapi masih saja cerewet dan bawel .... Ini orang bener-bener minta dioven !!!
Ceritanya ada seorang teman nginap di rumah. Pagi-pagi karena kekurangan stok, aku bikin brownies dan si teman ini menungguiku baking. Dia menanyakan berbagai hal sambil mencatat resepnya.
"Mbak, diovennya berapa lama ?", tanyanya.
"Aku gak pernah ngitung berapa lamanya, pakai feeling saja", kataku, aku bikin brownies pakai oven tangkring, dan tidak ada pengatur suhunya, jadi semuanya benar-benar pakai feeling.
" Trus kalau aku nanti bikin, gimana dong ?", tanyanya.
"Ya musti sering ditengokin, kalau sudah naik dan tinggal mengeringkan bagian atas, pindahin ke rak atas", kataku.
"Berapa lama ?", tanyanya, dan dia ngeyel bertanya berapa lama sampai berkali-kali, rasanya aku kayak diinterogasi. Dan dia sudah membuatku tidak lulus dalam ujian 'jengkel'.
Banyak diantara teman-temanku di grup masak mengalami kejadian yang lebih njengkelin dibandingkan denganku. Ada yang bercerita , seorang saudaranya yang dikasih resep, malah jualan kue persis punya dia dan nitip di warung yang dia titip dan bilang kalau itu dari dia. Dan banyak cerita pilu , yang intinya sudah dibaik-baikin, malah nusuk dari belakang.
Berdasarkan cerita-cerita itu, seorang penanya resep dibagi dalam beberapa kelompok :
- ingin resep untuk dipraktekkan dan dikonsumsi sendiri
- karena ingin jualan dengan produk yang sama
- ingin jualan dengan produk yang sama sambil merebut pasar si empunya resep
- ingin tahu resep karena sekedar iseng
Maunya sih jangan sampai ngasih resep ke orang yang niatnya nusuk dari belakang, tapi kita kan nggak tahu tipe orang seperti apakah si penanya resep, dan kalau sampai ketemu orang yang model begini, sakitnya tuh disini (nunjuk dengkul) Makanya banyak bakul kue enggan berbagi resep, dan sebaiknya sebagai bagian dari masyarakat jangan nanya resep sama bakulan kue, karena sebenarnya itu tidak etis, hargailah bila mereka punya rahasia dagang.
Lantas bagaimana kalau sudah terlanjur ngasih resep ke orang yang suka main tusuk ? Aku tidak pernah sih , buat yang pernah mengalaminya, saranku hadapi saja dengan sikap ikhlas karena Allah, karena Allah juga yang mendatangkan dia pada kita, Allah juga yang membuat kita pinter sampai bisa ngajarin dia. Urusan dia dengan kecurangannya ya urusan dia sama Allah, sebaiknya jangan mengotori dan melelahkan hati kita sendiri dengan marah dan jengkel.
Kejadian ditusuk ini bukan aku alami di dunia kuliner, tapi di usaha Cantiq butikku. Ada seorang karyawan yang bikin usaha sendiri (aku merestuinya saat dia pamit mau keluar dan bikin usaha sendiri), dia mencontek desainku, lalu pelangganku beralih padanya karena harganya lebih murah (dengan kualitas jauh dibawahku). Sakitnya bukan lagi disini, karena aku memaafkannya dan yakin bila aku ikhlas, maka aku akan mendapat yang lebih baik dan lebih besar. Aku menganggap peristiwa itu sebagai kesempatanku untuk melatih keikhlasan dan ketulusan hati, bila aku lulus, maka aku akan mendapat reward yang lebih besar dari Allah.
Dan benar sekali, tak lama sesudah dicurangi, aku diminta propinsi untuk menjadi instruktur kewirausahaan , yang honornya gedeeee banget , sampai bisa beli kebun 1,5 hektar ! Bukan hanya itu, usahaku terpilih menerima ISO 9001-2008, lalu mendapat anugerah UMKM Award versi koran Sindo. Kereen kan ? Lebih keren lagi, karena sekarang aku juga punya usaha Innuri brownies yang bisa menggaji 8 orang tenaga kerja.
Pelajaran yang bisa dipetik : ikhlas berbagi, ikhlas memaafkan, akan membuka tirai pandang kita, bahwa rejeki dari Allah itu luaaaaassss tak terbatas. Allah akan selalu mengucurkan karuniaNya kepada orang yang berhati lapang.
Sebaliknya, sikap jengkel dan marah saat dicurangi, bagaikan memagari pikiran kita sendiri bahwa rejeki kita ya cuma dari itu saja, eh, direbut pula oleh orang lain. Pemikiran seperti itu membentuk opini di alam bawah sadar, yang membuat kita malah terkukung dalam sempitnya pikiran. Semua itu hanya bisa dibuka dengan kunci ikhlas memaafkan.
Nah, sekarang tahu kan salah satu rahasianya kenapa usaha Innuri browniesku sudah menunjukkan perkembangan mencolok walau baru berumur 3 bulan ?
Mau lebih banyak inspirasi ada di bukuku, bisa diperoleh di gramedia, atau dipesan lewat inbox ke fb Innuri Sulamono. buku "Menciptakan Keajaiban Finansial" .
Salam manis !
Kemarin ada diskusi yang panjang di grup masak, tentang bagaimana menyikapi orang-orang yang menanyakan resep dagangan. Jawaban terbagi menjadi 4 kelompok :
- kelompok pertama yang ikhlas memberi resep karena yakin bahwa rejeki tidak akan tertukar, dan percaya bahwa ikhlas berbagi akan memberi berkah dalam rejeki.
- kelompok kedua, tidak mau memberi dengan alasan resep dagangan sudah melalui try and error berkali-kali hingga ketemu resep yang pas, keenakan orang lain tinggal menerima hasil jadinya saja. Memberi resep juga tidak mendidik orang kreatif , biar mereka punya inisiatif googling sendiri
- kelompok ketiga yang mau memberi resep tapi dikasih resep yang lain, yang bukan dagangannya.
- kelompok keempat yang mau memberi resep tapi selektif, hanya orang -orang tertentu, tidak semua orang dia kasih resep dagangannya.
Sebenarnya aku bukan termasuk orang yang pelit resep, tapi kalau penanyanya njengkelin, aku bilang googling saja .... hahaha ... Ada juga orang yang sudah aku kasih resep sedetail mungkin , termasuk tips dan triknya , tapi masih saja cerewet dan bawel .... Ini orang bener-bener minta dioven !!!
Ceritanya ada seorang teman nginap di rumah. Pagi-pagi karena kekurangan stok, aku bikin brownies dan si teman ini menungguiku baking. Dia menanyakan berbagai hal sambil mencatat resepnya.
"Mbak, diovennya berapa lama ?", tanyanya.
"Aku gak pernah ngitung berapa lamanya, pakai feeling saja", kataku, aku bikin brownies pakai oven tangkring, dan tidak ada pengatur suhunya, jadi semuanya benar-benar pakai feeling.
" Trus kalau aku nanti bikin, gimana dong ?", tanyanya.
"Ya musti sering ditengokin, kalau sudah naik dan tinggal mengeringkan bagian atas, pindahin ke rak atas", kataku.
"Berapa lama ?", tanyanya, dan dia ngeyel bertanya berapa lama sampai berkali-kali, rasanya aku kayak diinterogasi. Dan dia sudah membuatku tidak lulus dalam ujian 'jengkel'.
Banyak diantara teman-temanku di grup masak mengalami kejadian yang lebih njengkelin dibandingkan denganku. Ada yang bercerita , seorang saudaranya yang dikasih resep, malah jualan kue persis punya dia dan nitip di warung yang dia titip dan bilang kalau itu dari dia. Dan banyak cerita pilu , yang intinya sudah dibaik-baikin, malah nusuk dari belakang.
Berdasarkan cerita-cerita itu, seorang penanya resep dibagi dalam beberapa kelompok :
- ingin resep untuk dipraktekkan dan dikonsumsi sendiri
- karena ingin jualan dengan produk yang sama
- ingin jualan dengan produk yang sama sambil merebut pasar si empunya resep
- ingin tahu resep karena sekedar iseng
Maunya sih jangan sampai ngasih resep ke orang yang niatnya nusuk dari belakang, tapi kita kan nggak tahu tipe orang seperti apakah si penanya resep, dan kalau sampai ketemu orang yang model begini, sakitnya tuh disini (nunjuk dengkul) Makanya banyak bakul kue enggan berbagi resep, dan sebaiknya sebagai bagian dari masyarakat jangan nanya resep sama bakulan kue, karena sebenarnya itu tidak etis, hargailah bila mereka punya rahasia dagang.
Lantas bagaimana kalau sudah terlanjur ngasih resep ke orang yang suka main tusuk ? Aku tidak pernah sih , buat yang pernah mengalaminya, saranku hadapi saja dengan sikap ikhlas karena Allah, karena Allah juga yang mendatangkan dia pada kita, Allah juga yang membuat kita pinter sampai bisa ngajarin dia. Urusan dia dengan kecurangannya ya urusan dia sama Allah, sebaiknya jangan mengotori dan melelahkan hati kita sendiri dengan marah dan jengkel.
Kejadian ditusuk ini bukan aku alami di dunia kuliner, tapi di usaha Cantiq butikku. Ada seorang karyawan yang bikin usaha sendiri (aku merestuinya saat dia pamit mau keluar dan bikin usaha sendiri), dia mencontek desainku, lalu pelangganku beralih padanya karena harganya lebih murah (dengan kualitas jauh dibawahku). Sakitnya bukan lagi disini, karena aku memaafkannya dan yakin bila aku ikhlas, maka aku akan mendapat yang lebih baik dan lebih besar. Aku menganggap peristiwa itu sebagai kesempatanku untuk melatih keikhlasan dan ketulusan hati, bila aku lulus, maka aku akan mendapat reward yang lebih besar dari Allah.
Dan benar sekali, tak lama sesudah dicurangi, aku diminta propinsi untuk menjadi instruktur kewirausahaan , yang honornya gedeeee banget , sampai bisa beli kebun 1,5 hektar ! Bukan hanya itu, usahaku terpilih menerima ISO 9001-2008, lalu mendapat anugerah UMKM Award versi koran Sindo. Kereen kan ? Lebih keren lagi, karena sekarang aku juga punya usaha Innuri brownies yang bisa menggaji 8 orang tenaga kerja.
Pelajaran yang bisa dipetik : ikhlas berbagi, ikhlas memaafkan, akan membuka tirai pandang kita, bahwa rejeki dari Allah itu luaaaaassss tak terbatas. Allah akan selalu mengucurkan karuniaNya kepada orang yang berhati lapang.
Sebaliknya, sikap jengkel dan marah saat dicurangi, bagaikan memagari pikiran kita sendiri bahwa rejeki kita ya cuma dari itu saja, eh, direbut pula oleh orang lain. Pemikiran seperti itu membentuk opini di alam bawah sadar, yang membuat kita malah terkukung dalam sempitnya pikiran. Semua itu hanya bisa dibuka dengan kunci ikhlas memaafkan.
Nah, sekarang tahu kan salah satu rahasianya kenapa usaha Innuri browniesku sudah menunjukkan perkembangan mencolok walau baru berumur 3 bulan ?
Mau lebih banyak inspirasi ada di bukuku, bisa diperoleh di gramedia, atau dipesan lewat inbox ke fb Innuri Sulamono. buku "Menciptakan Keajaiban Finansial" .
Salam manis !