Jumat, 28 November 2014

Masakan Ibu

Dalam urusan kuliner, ada 2 hal yang paling ngangenin di dunia ini, yaitu masakan ibu dan masakan nenek. Tangan ibu dan tangan nenek seperti menyimpan MSG yang diproduksi secara rahasia ....

Masakan nenek yang paling aku suka adalah oseng-oseng tahu tempe dicampur buncis, warnanya kecoklatan karena ada sedikit kecap, diseling merahnya cabai besar dan hijaunya buncis.  Ada lagi masakan nenek yang susah ditiru, yaitu manisan bligo / kondur, yang airnya suka aku minum, rasanya manis wangi dan hangat, kutebak ada kayu manis dan jahenya.

Kalau ibu, yang tidak terlupakan adalah sambal tomat mentahnya, enak sekali, tidak ada dua = lezatnya. Juga terung goreng tepung yang sering 'selesai' barengan ibu selesai menggoreng .... hehehe.

Salah satu hal yang memperindah masa kecilku adalah melihat nenek dan ibu memasak di dapur. Seingatku waktu aku kecil banget, dapur rumah masih pakai tungku kayu bakar dan  bapak suka  'mbenem'  (membenamkan) ketela pohon di dalam abu yang panas di bawah kayu yang menyala , sementara nenek memasak, aku duduk di pangkuan bapak di depan tungku untuk menjaga apinya.  Bila ketela pohonnya sudah matang, dibuka dan dimakan masih di depan tungku.  Bila nenek butuh air mendidih, masak airnya di panci kecil yang digantung di depan tungku.  Indahnya mengenang masa-masa itu.

kalau ini sih tungku-tungkuan di kebunku, manggang ikan di tepi kolam, biar ikannya gak gosong, aku bungkus pakai daun pisang, ikannya beli di TPI tak jauh dari kebun, enaaaak sekaleee.

Ibu suka membuat kue, waktu aku masih kecil belum ada mixer, ngocok adonannya pakai tangan dan bunyi prang prangnya keras sekali .... hahaha.  Ibu sudah pintar bikin aneka cake waktu itu, yang dioven, yang dikukus, yang dicampur kacang tanah cincang, yang terigunya diganti roti tawar, yang cake dilapis puding, macam-macam pokoknya.

Aku sendiri tidak bisa memasak sampai menikah.  Ketika tinggal di Situbondo mengikuti suami kerja, mau goreng ikan saja tidak tahu bumbunya. Tak menyangka bila sekarang aku bisa memasak apa saja, walau kadang perlu nanya ke pak dhe google dulu.

Tidak bisa memasak di masa remaja, bukan berarti tidak bisa menyuguhkan masakan enak untuk suami dan anak-anak loh. Untuk ini aku punya kiat sendiri, kiat ala manusia jadul ,lebih dari dua puluh tahun yang lalu tidak bisa googling karena tidak ada internet.  Caraku adalah mengumpulkan resep masakan dari majalah yang aku jilid jadi banyak sekali jilid.  Yang paling banyak adalah resep dari majalah Gadis, majalahku semasa remaja, juga dari majalah Kartini dan Femina, ada lagi kliping dari tabloid Nova. Sampai sekarang aku masih menyimpan kliping dan jilidan resep itu.

Berbekal resep dari majalah dan tabloid, akhirnya  aku bisa memasak, termasuk membuat kue-kue, bahkan bisa membuat kue tart sendiri tiap kali anak-anakku berulang tahun. Masa-masa itu sungguh indah.

Apakah karena aku memang sudah pintar memasak, ataukah karena anak-anakku kepingin menghargai jerih payah ibunya, Aden dan Zeli kecil selalu memuji masakanku. Terlebih Aden, dia selalu bilang masakan ibu yang paling enak, sedangkan Zeli agak susah makan sejak kecil.

Sampai Aden dewasa dan sarjana, masih saja pintar menyanjung masakan ibunya.  Sewaktu pulang liburan, aku membuat pizza , katanya pizza buatan ibu lebih enak dari pizza langganan teman-temannya di Bandung, bahkan dia memotret dan menguploadnya di fb .... waaah, tersanjung habis nih aku.

Kalau cerita tentang Insan dan Alni lain lagi.  Kalau Insan sukanya sama sambal tomatku, dengan telur ceplok atau tahu yang dipenyet di atasnya, dia bisa lahap sekali makannya.  Sambal buatan pembantu gak laku !

Kalau Alni, nasi goreng buatan ibu is the best ! Kalau ibu yang bikin, enyaaak, katanya sambil pasang mimik lucu.  Padahal bumbunya cuma main iris karena malas nguleg. Nasi goreng bu Kot gak laku !  

Sepanjang berumah tangga, aku hampir selalu punya pembantu dan  masakan merekapun enak-enak, tapi anak-anakku tetap bilang masakan ibu paling enak. Ini sanjungan ataukah permintaan halus untuk diperhatikan ibunya .....

Mungkin karena dibuat dengan cinta kasih, masakan ibu jadi enak dirasakan anak-anak. Dan secara hadopun , masakan ibu lebih baik hadonya, ini hasil penelitian dr Masaru Emoto, seorang ilmuwan Jepang peneliti air yang terkenal itu. Makanya seorang anak yang dimanjakan dengan masakan ibunya, biasanya tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, kalau ini sih hasil pengamatan ilmuwan kesasar, Innuri .... hahaha.

Sebagai seorang ibu yang telah bekerja keras melayani suami dan anak-anaknya, pujian dari mereka menjadi bayaran tersendiri.  Jadi, bila ingin membalas cinta kasil ibu, salah satu caranya adalah nikmatilah masakannya dan pujilah dengan pujian yang tulus.



Jumat, 21 November 2014

Menentukan Harga Jual

Banyak teman-temanku sesama bakulan kue berkonsultasi padaku soal menentukan harga jual.  Kebanyakan mereka cara menghitungnya begini :

  harga bahan baku + biaya tenaga kerja + keuntungan yang diinginkan = harga jual

Misal, harga bahan baku 80 ribu, tenaga 20 ribu, keuntungan yang diinginkan 30 ribu, maka harga jual 130 ribu.

Ada yang tidak menghitung biaya tenaga kerja karena dikerjakan sendiri , keuntungannya jadi mepet banget .... hehehe, terlebih bila mereka terbiasa menggunakan bahan-bahan klas premium.

Cara menghitung harga jual versi temanku ini tidak salah sih, cuman ada cara yang lebih enak.

Aku pernah ikut diklat kewirausahaan, pematerinya dosen-dosen dari fakultas ekonomi, disitu diajarkan tentang cara menghitung harga jual, pakai rumus dan perhitungan yang njelimet .  Makanya aku mau bikin teori sendiri , boleh kan ? terutama untuk menjauhi si  njelimet  tadi.

Sederhana sekali  caraku menghitung harga jual, dengan jalan menghitung harga pokok produksi dulu, lalu mengalikannya sesuka hati .... hehehe.  Kenapa kok sesuka hati ? ... yaaa ... boleh dong ah ! ini kan jualanku sendiri .... hahaha.

Begini loh ceritanya.  Seperti halnya baju, ada yang dibuat eksklusif, ada yang diproduksi massal / konveksi , ada yang dibuat secara custom / berdasarkan pesanan.  Walau tidak sama persis, kuepun demikian, ada kue yang diproduksi banyak-banyak dengan kwalitas rendah, ada yang kwalitas standard, ada yang dibuat massal tapi dengan kwalitas premium, ada yang dibuat sesuai pesanan saja , ada yang dibuat sedikit karena keterbatasan produsen (keterbatasan tenaga kerja, dana, ataupun pemasaran).

Nah, kue yang kita produksi termasuk yang mana ?

Untuk mempermudah, aku bagi dalam 2 jenis saja yaa, yaitu kue yang dibuat massal dan kue yang dibuat sesuai pesanan.

Untuk kue yang dibuat secara massal , harga jual eceran minimalnya yaitu  harga pokok produksi dikalikan dua.  Ingat, ini harga jual minimalnya loh, yang berarti masih bisa ditambah atau dikalikan lagi.

Ohya, harga pokok produksi (HPP)  itu :

 harga bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya pemakaian listrik / elpiji + biaya penyusutan alat 

Aku pernah melihat roti ala roti boy dijual di pasar dengan harga 10 ribu / 3 biji.  Ketika aku membuat untuk dikonsumsi sendiri  dengan bahan baku standard , aku hitung harga pokok produksinya cuma 20 ribu untuk 16 biji alias cuman 1250/biji.  Bila dijual dengan harga 3300/ biji , berarti produsennya membuat harga 2,6 kali harga pokok produksi.  Roti boy klas murahan saja perkaliannya sudah segitu ....

Jadi , untuk produksi kue secara masal, sebaiknya jangan membuat harga dibawah 2 x HPP

Kenapa aku menganjurkan harga di atas 2 x HPP ? 

Karena dalam perjalanan si kue tadi, masih membutuhkan biaya-biaya lagi, seperti biaya distribusi, biaya sewa toko, biaya sales, pramuniaga , biaya resiko kue rusak dll dll.  Berdasarkan hitungan ala Innuri, dengan harga jual 2 x HPP, ntar keuntungan bersih yang diperoleh menjadi sekitar 30 % dari harga eceran. Dengan syarat produk terkontrol dengan baik, prosentase terbanyak barang kembali / rusak 10 %.

 Untuk kue yang dibuat dengan klas premium walau diproduksi massal, perkaliannya bisa 3-4 x HPP bahkan lebih , karena memang resikonya lebih besar, disamping  produk premium perlu tempat yang berkelas yang tentunya mahal di biaya sewannya.

Sekarang beralih ke kue yang dibuat berdasarkan pesanan, yang ini boleh lah menentukan harga dibawah 2 x HPP , karena tidak ada resiko barang kembali.  Tapi lihat juga jenis kuenya yaaa, kalau kue dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi atau harus dengan cita rasa seni yang bagus seperti kue tart misalnya, silahkan menentukan harga  sak enake udele dhewe , asalkan konsumen setuju dan puas.

Selamat berbakulan ria yaaaa .....

Dan jangan lupa , Innuri punya buku niiiih, masih bisa dipesan "Menciptakan Keajaiban Finansial"

Sabtu, 15 November 2014

Wingko babat

Wingko babat itu kue kesukaan Alni , dan biasanya dapatnya ya kalau ke luar kota , lupa kota mana ya yang ada wingko babatnya.  Jadi makan wingkonya nunggu oleh-oleh kalau aku dan mas Hary pergi-pergi.



Terpikir membuat sendiri ketika mbak Aida NCC membagikan resepnya di grup masak. Mbak Aida itu bikinnya banyak-banyak karena buat dijual, tapi aku membuat 1/10 dari resep mbak Aida .

Resep aslinya : kelapa parut kukus dari 6 butir kelapa , 4 bungkus vanili, 2 kg ketan tepung, 1,5 kg gula pasir, 8 telur dan 1600 ml air.

1/10 resep jadi  ; 200 gram tepung ketan, 200 gram kelapa parut kukus, 150 gram gula pasir, 160 ml air dan 1 telur ukuran kecil.

Caranya gampang saja, semua bahan dicampur jadi satu, lalu dipanggang dengan cetakan apem atau cetakan lumpur, dibalik sampai kedua permukaan kecoklatan dan matang.


Menjalankan Bisnis Secara Mengesankan

Dalam suatu pembicaraan, seorang sahabat bertanya :"Bagaimana cara melayani keluhan pelanggan dengan cara yang mengesankan ?".

Sahabatku yang lain menjawab :"Berikan kompensasi yang memuaskan buatnya".

Dan aku menjawab :"Bangun dulu rasa kasih sayang ke pelanggan , nanti apapun yang kita lakukan pasti mengesankan baginya".

 

Akan lebih indah  menikmati aktifitas bisnis dengan menghidupkan perasaan kasih sayang di hati kita terhadap siapapun, terhadap pelanggan, terhadap karyawan, terhadap alam, bahkan terhadap bisnis itu sendiri.

Hasilnya bukan hanya pelanggan yang terkesan, semua yang berinteraksi dengan kita pasti merasa nyaman dan terkesan.

Aku ingatkan , bisnis itu cuma sarana untuk menyebarkan kasih sayang. Misi Islam adalah rahmatan lil alamain, kasih sayang buat alam semesta , inilah tujuan langkah kita, menjadikan diri kita dan bisnis yang kita jalani sebagai sarana untuk menyebarkan kasih sayang ke alam semesta.

Masyarakat luas sering melakukan konsep yang terbalik, yaitu melakukan apapun yang mengesankan buat pelanggan dengan tujuan bisnis yang berhasil dan keuntungan yang banyak. 

Yang dilakukan mungkin sama, seperti bersikap ramah terhadap pelanggan, memberikan service terbaik, memberi kompensasi yang memuaskan saat ada pelanggan komplain, dll.  Tapi keduanya punya tujuan berbeda, yang satu melakukannya untuk mengembangkan dan melancarkan bisnis, yang satu lagi melakukannya karena perintah Allah menyebarkan kasih sayang.

Yang dilakukan sama, tujuan berbeda, hasilnya tentu berbeda.  Orang yang menjadikan keberhasilan bisnis sebagai  tujuan, cenderung mudah stress saat menghadapi hambatan dalam bisnis, sebaliknya orang yang menjadikan bisnis sebagai sarana mengabdi pada Allah, dia lebih persistent menghadapi apapun.

Bisnis adalah makhluk Allah yang berada di tangan kita , terserah kita memperlakukannya , apakah dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya untuk berkasih sayang pula ? apakah malah menjadikannya sebagai tujuan hidup ?

Baiklah, Innuri mengajari orang membuat target dalam bisnis dan bagaimana membuat goal setting.  Tapi itu bukanlah tujuan, itu adalah sekedar sistem dalam bisnis, sistem diperlukan agar kebutuhan semua yang terlibat dalam bisnis kita terpenuhi dengan baik.  Dengan pendapatan yang bisa mengcover kebutuhan seluruh personil, mereka akan lebih mudah diajak untuk melakukan visi perusahaan yaitu menjadikannya sarana beribadah, menyebarkan kasih sayang ke alam semesta.


Kamis, 13 November 2014

Mie Ijo

Kepingin bikin mie sayur karena postingan mbak Eni , sahabat fbku yang bolak balik upload foto mie ijo dan mie merah yang menggiurkan.  Mie ijonya menggunakan sawi, mie merahnya meggunakan bit .  Aku sendiri menggunakan bayam yang aku petik dari halamanku yang kecil.



komposisinya cuma
terigu segitiga 5 gelas
bayam diblender barengan
2 telur ,garam, bawang putih
dan segelas air


Campur semua bahan dan tipiskan ketebalan no 1, gilas lagi dengan ketebalan 3 , lalu iris memanjang dengan  glender. 

Didihkan air dengan dibubuhi sesendok minyak goreng, masukkan mie dan masak sampai matang.  Mie siap diolah menjadi hidangan lezat.

Mengembangkan Usaha

Ketika aku share ceritaku tentang 'ulang tahun' ke tiga bulan usaha browniesku, ada banyaaak sekali bunda-bunda yang curhat, kenapa usaha yang sudah dirintis beberapa tahun kok masih begini begini saja, tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Ada pula yang punya uang tabungan, dan bermaksud menggunakannya untuk mengembangkan usaha.

Dan jawabanku :

Bila merasa usahanya kurang berkembang, musti dianalisa dulu, kenapa ? Pasti ada sebab dan alasannya, yang musti ditemukan dan diklasifikasi, lantas dicari solusinya.

Sebuah usaha yang berjalan pasti ada sistemnya walaupun tidak tertulis. Akan tetapi , sistem yang tertulis akan memudahkan kita mengenali , bagian mana yang kuat yang harus dipertahankan, dan bagian mana yang lemah yang musti diperkuat, dan bagian mana pula yang sedang sakit yang musti disehatkan. Untuk membangun sistem usaha secara sederhana pernah aku tulis di artikelku sebelumnya, silahkan dicari sendiri.

 Jadi, luangkan waktu sejenak untuk melakukan analisa berikut solusinya. Buat perencanaan kerja, tulis langkah-langkah yang akan ditempuh, tentukan target waktunya, siapkan sumber daya manusianya bila perlu.

Yang ternomor satu bila ingin mengembangkan usaha, diskripsikan dengan jelas dulu, kemana arah usaha mau dibawa ? Visi dan misinya ditetapkan dulu, biar jelas nantinya mau melangkah kemana.

Sebuah usaha yang berhasil tidak identik dengan modal awal yang besar. Teristimewa untuk makanan, modalnya bisa seminim mungkin karena perputarannya cepat, permintaan ulang (repeat order)nya juga besar. Jadi tidak perlu menggunakan uang tabungan yang banyak disini, bisa jadi malah uang tabungannya yang bertambah .... hehehe , enak kan ?

Baiklah, untuk memperjelas bahasanku, aku ambil contoh usahaku.

Visi-ku untuk Innuri brownies adalah menyebarkan kasih sayang ke alam semesta dan mengajak orang untuk menemukan kasih sayang Allah di setiap detak kehidupan mereka.

Misinya adalah membangun usaha yang bisa bermanfaat untuk banyak orang, dalam hal memberi lapangan kerja sebanyak mungkin, berzakat dan bersedekah sebanyak mungkin dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin.

Sistem yang aku buat untuk usahaku sederhana saja, ada aku sebagai pimpinan yang merangkap menjadi kepala bagian produksi , costumer service , quality control dan admin,  ada suamiku yang kepala bagian pemasaran  merangkap sebagai bagian pembelanjaan , di bagian produksi ada bu Kot, bu Warni dan mbak Tutik , di team marketing suamiku ada 2 orang sales Reza dan mas Cahyo , ada 3 penanggung jawab out let , penanggung jawab logistiknya bu Kot, HRDnya mas Virien.

Masing masing bagian ada job diskripsinya walau singkat tapi jelas dan mudah dimengerti. Di bagian produksi ada standard operating procedure (SOP) berupa resep brownies. Ada SOP untuk karyawan secara umum yang lebih mirip tata tertib, ada SOP untuk penjaga toko.

Aku membuat target usaha dalam jangka waktu 3 bulanan, ada target produksi, target omzet, dan target minimal keluhan pelanggan. Dalam masa 3 bulan pertama (triwulan pertama) targetku 50 buah brownies terjual setiap hari , target ini tercapai di bulan ke tiga. Target produksi 60 brownies sehari , dan keluhan pelanggan 1 keluhan dalam sebulan yang masih belum kunjung tercapai.

Targetku triwulan kedua , produksi 150 brownies sehari, target penjualan minimal 100 brownies sehari , keluhan pelanggan 1 keluhan setiap bulan.

Oh ya, visi dan misi usaha musti disosialisasikan ke karyawan, agar karyawan tahu ke arah mana mereka bergerak.  Minimal seminggu sekali ada komunikasi antara pimpinan dengan karyawan.

Ceritaku sudah banyak sekali yaaa, capeeeek .... kapan-kapan dilanjut .  Semoga bermanfaat dan salam manis !

Jangan lupa beli buku Innuri yaaa .

Selasa, 11 November 2014

3 bulan Innuri Brownies

Tgl 11 november 2014 , ini adalah 'ulang tahun' ke 3 bulan usaha Innuri Browniesku.  Kata orang-orang, kalau merintis usaha itu musti nunggu tiga bulan baru kelihatan hasilnya, benarkah demikian ?

Kukira benar, masa 3 bulan adalah masa uji coba bagi sebuah usaha, bila dalam masa itu terlihat ada pertumbuhan, berarti usaha yang sedang dijalani layak untuk diteruskan. Dengan catatan, selama 3 bulan telah melakukan berbagai evaluasi dan perbaikan, mungkin juga perubahan dan penyesuaian sampai ketemu pola usaha yang tepat.


packing pesanan online

Akan halnya Innuri browniesku, masa 3 bulan ini kurasakan benar-benar 'gegap gempita' .... hahaha, pokoknya pengalaman seru, rasa nano-nano deh. Simak saja ceritaku, siapa tahu ada yang bisa dijadikan pelajaran.

Ini pengalaman serunya dan  beberapa tips dariku :

- pertama kali nitip di toko, salesku menitip di 25 toko dan tidak terorganisir dengan rapi, cara kerja salesnya juga gak tanggung jawab, jadi banyak sekali brownies kembali dalam keadaan jamuran. Rasanya tidak tega melihat brownies yang dibikin dengan susah payah, teronggok di tempat sampah.  Akhirnya aku suruh jemur dan jadi campuran makanan ikan di kolam kebun.  Dari 25 toko, akhirnya terseleksi cuma tinggal 7 toko saja yang penjualannya bagus yang tetap kami titipi sampai sekarang. 

- di awal usaha, brownies yang kembali dan jamuran aku catat, jadi ketemu berapa jumlah brownies rusak per harinya yang bisa ditoleransi oleh usahaku.  Kue yang rusak adalah hal yang tidak bisa dihindari, terutama karena banyaknya toko yang dititipi.

- Bila mau bergerak di zona aman (tidak ada barang rusak), mainnya cukup di outletnya sendiri ,  lebih mudah mengontrolnya dan produksi kue bisa menyesuaikan dengan barang yang laku.

- untuk membuat browniesku lebih awet, aku menyimpannya di freezer segera setelah brownies dingin dan dikemas dengan mika dan dibalut plastic wrap.

- bukan cuma bagian produksi yang butuh SOP (standard operating procedure) , untuk penjaga toko dan sales perlu banget diberikan, bila tidak .... siap-siap jengkel dengan ulah mereka.

- semula menyewa 3 tempat di indomart, tapi akhirnya semuanya ditutup dengan alasan yang berbeda-beda.  Ada yang ditutup karena sepi , ada yang karyawannya berhenti, ada yang karena tidak kunjung mendapat karyawan (SPG).

- Out let yang langsung ramai pembeli adalah out let pasar, dan sampai sekarang tetap bertahan ramai terus, yaitu out let mobil di pasar besar dan di pasar Karanglo (booth). 

-  Sebelum memutuskan membuka/menyewa out let, sebaiknya lakukan test jualan di mobil / sepeda motor di area tersebut selama beberapa hari dan siapkan karyawan.

- Besarnya gaji karyawan menentukan awet tidaknya dia bekerja pada kita, jadi lakukan survey dulu berapa standard gaji yang umum, kasih bonus dengan hitungan yang gampang.

- dalam masa 3 bulan ini aku sudah punya reseller, sudah bisa jualan online (browniesnya selamat). Dalam penjualan online, aku musti memperhitungkan tujuan, karena untuk daerah yang agak jauh dari kota, nyampainya tidak bisa 1-2 hari, browniesnya bisa gak selamat lagi.

- browniesku sudah menjadi oleh-oleh khas Malang, ini amat menyenangkan, banyak yang membeli banyak-banyak untuk dibawa ke luar kota dan ke luar pulau. Buatku ini keren banget.

- selama 3 bulan, pernah mengalami 0 pembelian dari satu out let, dan pernah pula mengalami lebih dari 80 brownies laku sehari dari satu out let.

Dari pengalaman selama 3 bulan, kusimpulkan bila ini adalah usaha yang cukup menjanjikan dan lanjooooot!!!

Eh, numpang promo dulu yaaa:  Buku "Menciptakan Keajaiban Finansial" Innuri Sulamono


Sabtu, 01 November 2014

Business adventure , business risk dan impress

Tulisan ini aku repost dari innuri's motivasi

Malam-malam sudah bersiap tidur, gantengku nanya :"Tadi habis maghrib ada orang beli brownies durian ya ?".
"Iya, kenapa ?".
"Orangnya komplain, katanya kok nggak bilang kalau masa kadaluwarsanya tinggal 1 hari, trus aku bilang bisa ditukar".
"Oooh, aku kira ini masih bulan oktober ", jawabku yang sudah 1/2 pikun ini.

Pagi-pagi aku telepon orangnya dan bilang, aku akan ganti dan akan diantar, akupun meminta alamat yang ternyata jauuuh di Tumpang sana  ... hahaha, tapi untungnya beliau hendak ke Malang, yang berarti melewati butikku.

Aku jadi ingat dosen kewirausahaanku pak Ir Kusnadi, seingatku dulu beliau sering mengucapkan kata 'impress' dan beliau enggan menggantinya dengan istilah bahasa Indonesia, maksud beliau dengan impress yaitu dalam menghadapi segala persoalan bisnis dengan cara yang mengesankan.

Sayangnya waktu kuliah dulu aku hanya bercita-cita jadi ibu rumah tangga, jadi aku kurang serius dengan materi kuliahnya, malah dapat nilai D di ijazah ... hehehe.  Kalau tahu aku bakalan jadi bisnis women, mungkin aku  simpan catatan kuliah beliau.  Sekarang bisanya cuma mengingat-ingat pelajaran beliau berpuluh tahun yang lalu, lupa-lupa ingat, minimal intinya bisa aku tangkap.


Berdasarkan hasil ingat-ingatku , beliau mendefinisikan seorang entrepeneur  adalah orang yang menjalani petualangan bisnis (business adventure), yang siap menghadapi segala resiko bisnis (business risk) dan menyelesaikannya  dengan cara yang mengesankan (impress) .Definisi ala pak Kusnadi ini tidak kutemukan dimanapun, walau sudah googling biar ketemu definisi yang pas.

Beliau sering menekankan kata business adventure , dan impress .  Seolah-olah untuk memasukkan ke dalam kepala para mahasiswanya bila bisnis itu menyenangkan seperti sebuah petualangan seru, yang setiap tantangannya dihadapi dengan cara-cara yang mengesankan.

Sekarang aku punya PR, bagaimana sih menemukan cara yang mengesankan dalam menghadapi segala kendala dalam bisnis ? Contohnya, dalam menghadapi komplain dari pelanggan , musti diselesaikan dengan cara yang mengesankan untuk pelanggan.  Dan bukan sekedar dengan pelanggan, dalam menyelesaikan permasalahan dengan karyawanpun musti dengan cara yang elegant dan mengesankan (bukan dengan gaya marah-marah dan bossy).

Bila aku simpulkan semua musti diselesaikan dengan cara yang sebaik-baiknya, yang menyenangkan kedua belah fihak, hingga membuat semua yang berinteraksi dalam lingkaran bisnis kita mendapat kesan baik yang mendalam.

Permasalahan dengan karyawan adalah untuk membuat mereka mengerti dan mau menjalani sistem yang ada di usaha kita.  Bila mereka bandel dan 'ajaib', maka fokusnya mengembalikan mereka bekerja menurut sistem, bukan untuk mengumbar emosi karena mereka salah mulu.  Untuk yang satu ini aku masih perlu banyak belajar.

Dengan cara-cara yang mengesankan itulah sebuah bisnis tidak bisa lagi dihalangi untuk maju pesat.  Tapi , aku sendiri tidak mau melakukan cara-cara yang mengesankan yang tujuannya untuk mempercepat bisnis .... hehe ......  Memangnya aku mau pakai cara apa ? ....

Maksudku begini, aku tidak mau menggunakan cara apapun bila tujuannya untuk memperlancar bisnis / usaha, tapi aku mau menggunakan cara apapun untuk aku persembahkan kepada Allah.

Sebenarnya apa yang aku uraikan panjang lebar barusan adalah cara kasih sayang.  Bukankah Allah tidak mengijinkan kita  merugikan siapapun? bukankah Allah menganjurkan kita berkasih sayang diantara manusia ?  Jadi bangunlah bisnis yang didasari atas kasih sayang seperti yang Allah kehendaki saat menurunkan manusia di muka bumi.

Tujuan dari setiap hal yang kita lakukan adalah ridha dan kasih sayang Allah.  Bila ini yang tercetak di alam bawah sadar kita, maka segala yang kita lakukan, baik dalam bisnis , di tempat kerja, di keluarga, di masyarakat, semua akan mengalir dengan impress , penuh kesan yang mendalam, karena kita melakukannya dari hati yang penuh cinta dan kasih sayang. 

Tataplah setiap hal yang Allah hadirkan di hadapan kita , anak , istri /suami,  karyawan,  pelanggan, tetangga dari hati yang penuh kasih sayang, maka Allah akan menghujani kita dengan kasih sayangNya yang lembut , luas dan tidak pernah terhenti.

Bila gara-gara ini semua, mengalami perkembangan bisnis yang susah untuk dihentikan , itu hanyalah sebagian kecil saja  bonus dariNya, bonus lainnya masih banyaaaaaakkkk .  Ayo kita jalani dan buktikan sama-sama.

Mau inspirasi yang lebih banyak ? temukan di buku Menciptakan Keajaiban Finansial Innuri , bisa dipesan langsung melalui fb Innuri atau cari di toko buku Gramedia.