Banyak teman-temanku sesama bakulan kue berkonsultasi padaku soal menentukan harga jual. Kebanyakan mereka cara menghitungnya begini :
harga bahan baku + biaya tenaga kerja + keuntungan yang diinginkan = harga jual
Misal, harga bahan baku 80 ribu, tenaga 20 ribu, keuntungan yang diinginkan 30 ribu, maka harga jual 130 ribu.
Ada yang tidak menghitung biaya tenaga kerja karena dikerjakan sendiri , keuntungannya jadi mepet banget .... hehehe, terlebih bila mereka terbiasa menggunakan bahan-bahan klas premium.
Cara menghitung harga jual versi temanku ini tidak salah sih, cuman ada cara yang lebih enak.
Aku pernah ikut diklat kewirausahaan, pematerinya dosen-dosen dari fakultas ekonomi, disitu diajarkan tentang cara menghitung harga jual, pakai rumus dan perhitungan yang njelimet . Makanya aku mau bikin teori sendiri , boleh kan ? terutama untuk menjauhi si njelimet tadi.
Sederhana sekali caraku menghitung harga jual, dengan jalan menghitung harga pokok produksi dulu, lalu mengalikannya sesuka hati .... hehehe. Kenapa kok sesuka hati ? ... yaaa ... boleh dong ah ! ini kan jualanku sendiri .... hahaha.
Begini loh ceritanya. Seperti halnya baju, ada yang dibuat eksklusif, ada yang diproduksi massal / konveksi , ada yang dibuat secara custom / berdasarkan pesanan. Walau tidak sama persis, kuepun demikian, ada kue yang diproduksi banyak-banyak dengan kwalitas rendah, ada yang kwalitas standard, ada yang dibuat massal tapi dengan kwalitas premium, ada yang dibuat sesuai pesanan saja , ada yang dibuat sedikit karena keterbatasan produsen (keterbatasan tenaga kerja, dana, ataupun pemasaran).
Nah, kue yang kita produksi termasuk yang mana ?
Untuk mempermudah, aku bagi dalam 2 jenis saja yaa, yaitu kue yang dibuat massal dan kue yang dibuat sesuai pesanan.
Untuk kue yang dibuat secara massal , harga jual eceran minimalnya yaitu harga pokok produksi dikalikan dua. Ingat, ini harga jual minimalnya loh, yang berarti masih bisa ditambah atau dikalikan lagi.
Ohya, harga pokok produksi (HPP) itu :
harga bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya pemakaian listrik / elpiji + biaya penyusutan alat
Aku pernah melihat roti ala roti boy dijual di pasar dengan harga 10 ribu / 3 biji. Ketika aku membuat untuk dikonsumsi sendiri dengan bahan baku standard , aku hitung harga pokok produksinya cuma 20 ribu untuk 16 biji alias cuman 1250/biji. Bila dijual dengan harga 3300/ biji , berarti produsennya membuat harga 2,6 kali harga pokok produksi. Roti boy klas murahan saja perkaliannya sudah segitu ....
Jadi , untuk produksi kue secara masal, sebaiknya jangan membuat harga dibawah 2 x HPP
Kenapa aku menganjurkan harga di atas 2 x HPP ?
Karena dalam perjalanan si kue tadi, masih membutuhkan biaya-biaya lagi, seperti biaya distribusi, biaya sewa toko, biaya sales, pramuniaga , biaya resiko kue rusak dll dll. Berdasarkan hitungan ala Innuri, dengan harga jual 2 x HPP, ntar keuntungan bersih yang diperoleh menjadi sekitar 30 % dari harga eceran. Dengan syarat produk terkontrol dengan baik, prosentase terbanyak barang kembali / rusak 10 %.
Untuk kue yang dibuat dengan klas premium walau diproduksi massal, perkaliannya bisa 3-4 x HPP bahkan lebih , karena memang resikonya lebih besar, disamping produk premium perlu tempat yang berkelas yang tentunya mahal di biaya sewannya.
Sekarang beralih ke kue yang dibuat berdasarkan pesanan, yang ini boleh lah menentukan harga dibawah 2 x HPP , karena tidak ada resiko barang kembali. Tapi lihat juga jenis kuenya yaaa, kalau kue dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi atau harus dengan cita rasa seni yang bagus seperti kue tart misalnya, silahkan menentukan harga sak enake udele dhewe , asalkan konsumen setuju dan puas.
Selamat berbakulan ria yaaaa .....
Dan jangan lupa , Innuri punya buku niiiih, masih bisa dipesan "Menciptakan Keajaiban Finansial"
harga bahan baku + biaya tenaga kerja + keuntungan yang diinginkan = harga jual
Misal, harga bahan baku 80 ribu, tenaga 20 ribu, keuntungan yang diinginkan 30 ribu, maka harga jual 130 ribu.
Ada yang tidak menghitung biaya tenaga kerja karena dikerjakan sendiri , keuntungannya jadi mepet banget .... hehehe, terlebih bila mereka terbiasa menggunakan bahan-bahan klas premium.
Cara menghitung harga jual versi temanku ini tidak salah sih, cuman ada cara yang lebih enak.
Aku pernah ikut diklat kewirausahaan, pematerinya dosen-dosen dari fakultas ekonomi, disitu diajarkan tentang cara menghitung harga jual, pakai rumus dan perhitungan yang njelimet . Makanya aku mau bikin teori sendiri , boleh kan ? terutama untuk menjauhi si njelimet tadi.
Sederhana sekali caraku menghitung harga jual, dengan jalan menghitung harga pokok produksi dulu, lalu mengalikannya sesuka hati .... hehehe. Kenapa kok sesuka hati ? ... yaaa ... boleh dong ah ! ini kan jualanku sendiri .... hahaha.
Begini loh ceritanya. Seperti halnya baju, ada yang dibuat eksklusif, ada yang diproduksi massal / konveksi , ada yang dibuat secara custom / berdasarkan pesanan. Walau tidak sama persis, kuepun demikian, ada kue yang diproduksi banyak-banyak dengan kwalitas rendah, ada yang kwalitas standard, ada yang dibuat massal tapi dengan kwalitas premium, ada yang dibuat sesuai pesanan saja , ada yang dibuat sedikit karena keterbatasan produsen (keterbatasan tenaga kerja, dana, ataupun pemasaran).
Nah, kue yang kita produksi termasuk yang mana ?
Untuk mempermudah, aku bagi dalam 2 jenis saja yaa, yaitu kue yang dibuat massal dan kue yang dibuat sesuai pesanan.
Untuk kue yang dibuat secara massal , harga jual eceran minimalnya yaitu harga pokok produksi dikalikan dua. Ingat, ini harga jual minimalnya loh, yang berarti masih bisa ditambah atau dikalikan lagi.
Ohya, harga pokok produksi (HPP) itu :
harga bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya pemakaian listrik / elpiji + biaya penyusutan alat
Aku pernah melihat roti ala roti boy dijual di pasar dengan harga 10 ribu / 3 biji. Ketika aku membuat untuk dikonsumsi sendiri dengan bahan baku standard , aku hitung harga pokok produksinya cuma 20 ribu untuk 16 biji alias cuman 1250/biji. Bila dijual dengan harga 3300/ biji , berarti produsennya membuat harga 2,6 kali harga pokok produksi. Roti boy klas murahan saja perkaliannya sudah segitu ....
Jadi , untuk produksi kue secara masal, sebaiknya jangan membuat harga dibawah 2 x HPP
Kenapa aku menganjurkan harga di atas 2 x HPP ?
Karena dalam perjalanan si kue tadi, masih membutuhkan biaya-biaya lagi, seperti biaya distribusi, biaya sewa toko, biaya sales, pramuniaga , biaya resiko kue rusak dll dll. Berdasarkan hitungan ala Innuri, dengan harga jual 2 x HPP, ntar keuntungan bersih yang diperoleh menjadi sekitar 30 % dari harga eceran. Dengan syarat produk terkontrol dengan baik, prosentase terbanyak barang kembali / rusak 10 %.
Untuk kue yang dibuat dengan klas premium walau diproduksi massal, perkaliannya bisa 3-4 x HPP bahkan lebih , karena memang resikonya lebih besar, disamping produk premium perlu tempat yang berkelas yang tentunya mahal di biaya sewannya.
Sekarang beralih ke kue yang dibuat berdasarkan pesanan, yang ini boleh lah menentukan harga dibawah 2 x HPP , karena tidak ada resiko barang kembali. Tapi lihat juga jenis kuenya yaaa, kalau kue dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi atau harus dengan cita rasa seni yang bagus seperti kue tart misalnya, silahkan menentukan harga sak enake udele dhewe , asalkan konsumen setuju dan puas.
Selamat berbakulan ria yaaaa .....
Dan jangan lupa , Innuri punya buku niiiih, masih bisa dipesan "Menciptakan Keajaiban Finansial"
Terima kasih. :)
BalasHapusSalam Kenal.
halo saya ingin tanya rumus untuk menghitung biaya2
BalasHapus1)bagaimana rumus menghitung biaya listrik/gas?
2)bagaimana rumus menghitung biaya tenaga kerja?
3)bagaimana rumus menghitung biaya penyusutan alat?
terima kasih